ARTI KLINIS LUKA TEMBAK
Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia. Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit.
Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan memberi gambaran pada luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan. Pada waktu senjata ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api adalah:
a.Api
b.Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag)
c.Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar
d.Mesiu yang tidak terbakar
e.Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya
f.Anak pelurunya sendiri
B. Klasifikasi Luka Tembak
Dalam balistik luka tembak diklasifikasikan menjadi:
a.Luka tembak masuk:
1. Luka tembak tempel (kontak)
Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan:
- Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata.
- Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak
miring.
Sasarannya:
- Daerah temporal
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala dengan selaput otak keras (tabula interna)
2. Luka tembak jarak dekat
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung:
Jenis senjata, laras panjang atau pendek
Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless
3.Luka tembak jarak jauh
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak jauh ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar. Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval.
Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk mencari adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian yang ikut masuk kedalam luka.
b.Luka tembak keluar (luka tembus)
Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam (seringgit). Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:
Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar.
Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.
C. Cara Pengutaraan Jarak Tembak Dalam Visum et Repertum
Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau tattoo; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet.
Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm.
Bila ada kelim tattoo, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm, dan seterusnya.
Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: “ berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh “, ini mengandung arti:
1.Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.
2.Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya.
Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm (Idris, 1997).
Menurut hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight). Akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka. Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris, bundar.
D. Pemeriksaan Khusus Pada Luka Tembak
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:
Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume)
Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah,
Dengan pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat.
Selain secara makroskopik, yaitu dengan perangai yang karakteristik pada luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.
Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu ;trauma mekanis dan termis,
Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;
1.Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel,
2.Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu.
3.Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,
4.Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak mengambil warna biru (basofilik staining)
5.Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan), dan adanyabutir-butir mesiu
6.Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik
7.Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam kecoklatan
8.Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka
9.Pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan dibawah kulit.
10.Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit
Pemeriksaan Kimiawi
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat.
Pada “smokeles gun powder” dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat.
Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri.
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium
Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka,
Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam senjata.
Pemeriksaan dengan Sinar X
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar X ini pada umumnya untuk memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila ada partikel-partikel yang tertinggal.
Pada “tanden bullet injury” dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya satu.
Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shoot gun” ,yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.
Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenis rifled.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru pada foto rongent (Idris, 1997).
Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk dilukis dalam keadaan asli atau dibuat foto. Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan parafin, yang kegunaannya untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa mesiu sekitar luka tembak untuk jarak dekat.
E.Luka Tembak Oleh Senjata Api Yang Tidak Beralur
Luka tembak masuk yang disebabkan oleh senjata api yang tidak mempunyai alur (entrance shootgun wounds) mempunyai ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan luka tembak yang berasal dari senjata yang beralur.
Komponen yang memberikan ciri luka tembak masuk, ialah ;
Mesiu
Api
Asap
Gas
Pellet,dan
Sumbat anak peluru(wad)
Kaliber senjata, ukuran dan jumlah pellet serta derajat penyempitan laras merupakan faktor-faktor yang menentukan sifat luka tembak, jarak tembak tembak tentunya turut berpengaruh pula, jarak tembak menentukan jenis luka yang terjadi.
Luka tembak tempel:
Jika moncong senjata tegak lurus dengan kulit, luka biasanya berbentuk bundar, bila membentuk sudut akan berbentuk oval.
Tepi luka biasanya rata, jarang compang-camping, dengan memar serta berwarna hitam karena butir-butir mesiu.
Tepi luka dapat hangus,
Oleh karena senjata (peluru) meledak di dalam tubuh, maka jaringan di bawah kulit serta jaringan yang lebih dalam akan mengalami kerusakan yang hebat,
Adanya gas yang masuk menyebabkan darah serta jaringan sepanjang saluran luka mengandung gas CO.
Jejas laras dapat satu atau dua buah tergantung jenis senjata yang dipakai.
Bentuk jejas dapat bagus, lengkap sesuai dengan bentuk moncong senjata, dapat pula hanya sebagian, tergantung sifat atau derajat menempelnya senjata tersebut pada tubuh.
Pada luka tembak tempel atau luka tembak jarak dekat, maka peluru (pellet), akan masuk ke dalam tubuh dalam satu kesatuan (en masse),
Dalam tubuh, masing-masing pellet akan saling berbenturan sehingga terjadi dispersi atau penyebaran pellet ke seluruh tubuh, fenomena ini dikenal dengan nama”billiard ball richochet effect”.
Luka tembak jarak dekat:
Pengertian jarak dekat bila jarak antara moncong senjata tubuh korban sekitar 50 cm (24 inci).
Sampai jarak 15 cm, bentuk luka bundar atau oval; tepi luka rata atau sedikit tidak teratur,
Luka bakar, jelaga dan butir-butir mesiu dapat ditemukan,
Daerah yang berwarna akibat mesiu dan jelaga akan lebih meluas sesuai dengan bertambah jauhnya jarak antara korban dengan moncong senjata.
Jelaga masih dapat dilihat sampai jarak sekitar 37 1/2 cm (15 inci),
Tattoo akan dapat ditemukan sampai jarak sekitar 50 cm.
Gas CO mungkin masih dapat dideteksi.
Luka tembak jarak jauh:
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak tembak di mana jarak antara moncong senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir mesiu.
Dalam jarak 60-90 cm , lubang luka bundar, dengan bertambahnya jarak (semakin menjauh ), maka pellet akan menyebar dan menimbulkan lubang-lubang luka disekitar lubang yang besar,
Pada jarak 90-270cm, akan tampak lubang yang besar dengan tepi tidak rata yang disebabkan oleh pellet-pellet (“cookie cutter etching).
Pada jarak yang lebih jauh, akan tampak lubang luka utama yang di kelilingi oleh lubang kecil-kecil akibat pellet,
Dari sumbat penyebaran pellet-pellet tersebut bisa diperkirakan jarak tembaknya, tentunya setelah dilakukkan tembakan percobaan.
Luka akibat sumbat anak peluru:
Pada shoot gun, selain terjadi luka akibat pellet, dapat pula terjadi luka yang disebabkan oleh sumbat anak peluru (wad), yang mengenai tubuh,
Sumbat tersebut ringan, sehingga tidak dapat mengadakan penetrasi ke dalam tubuh korban,
Luka yang ditimbulkan akibat sumbat, biasanya berbentuk luka lecet yang seringkali berbentuk sirkuler.
F. Luka Tembak Oleh Senjata Api Dengan Peredam Suara
Fungsi Alat Peredam Suara
Seperti diketahui suara atau kebisingan yang terjadi sewaktu senjata api yang ditembakkan, sebenarnya merupakan kumulasi dari berbagai faktor, yaitu: jatuhnya pelatuk (hammer or firing pin) , letusan primer (the primer pop) dan ditambah dengan shock waves,gelombang pendahuluan (precursor wace), letusan peluru dan gelombang yang mendorong.
Oleh karena besarnya suara atau kebisingan yang dihasilkan oleh gelombang yang mendorong (propellant wave), langsung tergantung dari kecepatan/velositas dan kemampuan untuk ekspansi; maka alat peredam didesain sedemikian rupa agar dapat mengurangi suara atau kebisingan yang terjadi yaitu dengan cara mengurangi kecepatan dari gas sebelum meninggalkan senjata, mengontrol ekspansi gas dan mendinginkannya, dengan demikian akan mengurangi volume dan tekanan serta kecepatannya.
Pada umumnya alat peredam suara didesain dalam 3 bentuk dasar, yaitu:
1.“an expansion chamber” dari kaliber lebih besar dari senjata (agar gas tidak dapat keluar dari persambungan),
2.Interposisi satu atau lebih “centrally perforated baffles” pada sudut yang sesuai dengan arah keluarnya gas (gas akan menyimpang kelateral dan memperluas permukaan yang membantu mendinginkan gas), dan
3.Memasang beberapa fibrous packing material pada expansion chamber (ini sebagian akan menyerap gas dan memperluas permukaan yang menghasilkan pendinginan).
Dengan dipasangnya alat peredam suara, maka akan terjadi perubahan perangai dari senjata tersebut, diantaranya:
1.Berkurangnya suara,
2.Kecepatan tidak banyak dipengaruhi dan pengaruhnya kurang bermakna. percepatan dapat lebih sedikit dipercepat atau diperlambat.
3.Deformitas dari anak peluru, yang walaupun demikian adanya alur pada anak peluru masih dapat dikenali.
Luka Tembak
Harus selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3 substansi berbeda dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas. Gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang memberikan tekanan pada anak peluru untuk terlontar keluar dari senjata. Proses tersebut akan menghasilkan jelaga. Ada bagian yang berbentuk keras seperti isi pensil untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya tidak semua bubuk mesiu akan terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian besar lainnya diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing memiliki kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa materi yang terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan jarak yang ditempuhnya. Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga, sangat jelas dan dapat melalui jarak yang sangat pendek yang diukur dengan satuan inch. Bubuk mesiu yang tidak terbakar, dengan massa yang lebih besar, dapat terlontar lebih jauh. Tergantung kepada tipe bubuknya, kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar bervariasi antara 2-6 kaki (0,6-2 m). Makin berat anak peluru tentu saja membuatnya terlontar lebih jauh menuju target yang ditentukan atau tidak ditentukan.
Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. Seperti yang tertera pada tabel 1. Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut disebabkan oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol otomatis.
Tabel 1
Senapan Pistol
1.Kontak
a. Keras, dangkal disekitar tulang Penampakkan ”eksplosif”
Jelaga pada tepi luka dan dalam di dalam jaringan, di atas tulang
Gambaran moncong senjata Penampakkan ”eksplosif”
Jelaga pada tepi luka dan dalam di dalam jaringan, di atas tulang
Gambaran moncong senjata
b. keras, tidak dangkal disekitar tulang Defek sirkular
Jelaga pada jaringan yang lebih dalam Defek sirkular
Jelaga pada jaringan yang lebih dalam
c. longgar Korona (ditambah dengan B) Sama dengan B
2. Jarak dekat Jelaga (gas mesiu) Jelaga (gas mesiu)
Terbakar (gas mesiu)
Bubk mesiu bebas Bubuk mesiu bebas
Tanda gumpalan cabang
3. Jarak sedang Kelim tato (bubuk mesiu) Kelim tato (bubuk mesiu)
Tepi luka yang tidak rata
Stippling (isi plastik pada selongsong)
4. Jarak jauh Luka saja Luka tidak rata dengan defek satelit
Makin jauh jarak tembak: satelit makin banyak, terlihat penggumpalan
Luka tembak tempel
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam hari atau ruangan yang gelap.
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam.
Luka Tembak Jarak Dekat
Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inch adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang saluran luka. ”kelim tato” yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh jelaga.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun.
Luka Tembak Jarak Sedang
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil.
Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai adalah dengan mengukur 2 koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.
Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang terbungkus dapat dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan ditemukan lagi bila jarak tembak melebihi 4-5 kaki.
Luka tembak jarak jauh
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru.
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan.
Luka Tembak Keluar
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut:
1. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk
2. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga memberi bentuk iregular saat keluar.
3. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket dapat terpisah komplit atau sebagian.
4. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
5. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras.
Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru.
Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.
KECEPATAN ANAK PELURU
Jarak tembakan harus ditentukan atau dipikirkan untuk menilai kecepatan tolakan anak peluru. Perkiraan kecepatan bisa dinilai dengan melakukan pemeriksaan cartridge manufacturer’s range tables atau untuk lebih tepat dapat menggunakan kronografi, menguji ulang tembakan dengan menggunakan tipe senjata yang sama dan tipe amunisi yang sama yang dicoba-coba pada beberapa jarak tertentu.
Kecepatan pistol untuk melontar umumnya antara 350 dan 1500 kaki per detik. Terdapat sebuah rumus untuk menilai energi kinetik yaitu KE = mv2/2g
Keterangan : KE adalah energi kinetik dalam satuan foot-pounds
m adalah massa anak peluru (pounds)
v adalah kecepatan (feet)
g adalah gaya gravitasi
Area yang tidak terluka pada kasus luka tembak
Ada 4 situasi yang akan diterangkan pada bab ini, yaitu mengenai peluru yang berhubungan dengan efek yang terlihat pada tubuh yang berupa kelainan abnormal. Situasi tersebut adalah:
1. Percikan darah (dan kadang-kadang jaringan) pada kedua tangan. Kondisi ini sering ditemukan pada korban bunuh diri. Percikan darah atau jaringan pada tangan terjadi ketika kontak antara senjata api dengan tangan yang memegang pelatuk senjata. Selian itu juga sering ditemukan percikan jaringan otak. Pada korban penyerangan atau pembunuhan, pada tangan penyerang sering ditemukan percikan darah/jaringan korban, namun seringkali penyerang sudah membersihkan percikan tersebut.
2. Darah mungkin bisa turun ke bagian kaki atau bagian bawah yang lain dari korban.
3. Residu (sisa) dari senjata api yang terdapat pada daerah luka bisa menggambarkan posisi dan waktu korban itu ditembak. Percikan api atau bubuk mesiu yang keluar dari lubang yang berbentuk silinder senjata bisa menggambarkan posisi tembakan dan jenis senjata yang digunakan. Percikan bubuk mesiu ini membentuk sebuah tatto pada luka korban.
4. Terdapat tanda pada telapak tangan yang memegang senjata api berupa jelaga dan bubuk mesiu korban bunuh diri.
Perubahan Luka pada Luka Tembak
Ada beberapa kondisi yang bisa merubah gambaran luka tembak dengan cepat. Perubahan itu dapat disebabkan antara lain oleh:
1. luka terbuka yang sudah mengering
2. proses pembusukan tubuh
3. penyembuhan dari luka itu sendiri
4. intervensi tenaga medis
5. intervensi bedah
6. intervensi oleh personel atau orang yang tidak profesional
7. pencucian atau pembersihan luka setelah korban mati
Residu senjata api
Istilah residu sebenarnya adalah sesuatu yang tersisa. Pada bagian ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang memiliki arti yang sama dengan residu. Tiap inevestigator akan cenderung tertarik melihat residu senjata api dengan sudut pandang yang berbeda. Para petugas hukum akan mengartikan residu dengan menghubungkan yang tersisa di tangan penyerang dengan senjata api penyerang. Sedangkan ahli senjata lebih tertarik dengan residu yang dihubungkan dengan senjata api yang digunakan. Ahli patologi forensik menguraikan antara residu yang terdapat pada tubuh korban dan luka tembak yang ditemukan.
Pokok persoalan mengenai residu senjata api ini cukup kompleks, meliputi identifikasi, pengumpulan,pemeliharaan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi yang baik. Namun hal ini agak kurang dilakukan.
Secara tradisional, residu berarti bubuk sisa tembakan (bubuk mesiu) yang terjadi akibat proses pembakaran. Ada beberapa macam bentuk residu yang terdapat setelah proses penembakan menurut investigasi medikolegal.
Residu juga terdapat pada peluru tetapi jarang sekali berguna untuk kepentingan forensik. Tetapi bubuk mesiu yang terdapat pada peluru seringkali digunakan oleh pemeriksa medikolegal untuk menemukan jenis senjata api yang digunakan.
Residu tersebut kadang terlihat dengan mata telanjang dan digambarkan sebagai sebuah kelim tatto pada bagian tubuh korban. Sebagai tambahan, bubuk mesiu peluru dan fragmennya bisa terlihat pada bagian atas kulit atau bagian bawah kulit dan bisa juga tidak teridentifikasi. Studi mengenai residu ini adalah baru awal, tidak pernah ada pertanyaan yang menganalisa detail mengenai keberadaan residu pada luka tembak dalam atau luka tembak luar pada bagian tubuh korban yang telah mengalami pembusukan.
Residu Senjata Api pada Tangan Tersangka
Petugas hukum biasanya menginginkan untuk mengecek tangan tersangka pada kasus pembunuhan dengan luka tembak senjata api. Sedangkan ahli patologi forensik mengecek tangan korban bunuh diri untuk mendapatkan bukti tambahan bahwa memang kematian disebabkan oleh korban sendiri. Ahli patologi forensik juga mendemonstrasikan hubungan residu yang tertinggal dengan korban melalui bahasa tubuh (gesture) korban yang bertahan atau terdapat perlawanan korban terhadap kontrol senjata api.
Residu Senjata Api
Residu Asal Terlihat dengan mata telanjang
partikel bubuk bubuk ya
jelaga bubuk ya
grafit bubuk ya, sebagai jelaga
karbonmonoksida bubuk ya, sebagai karboksihemoglobin
ya, sebagai karboksimioglobin
fragmen/kepingan peluru ya
minyak pelumas peluru ya
timah,antimoni,perak peluru tidak
timah,barium,antimoni primer tidak
tembaga,besi selongsong peluru tidak
Residu pada tangan mungkin bisa terlihat, pada kasus ini keberadaan residu harus dideskripsikan dan diobservasi, dan mungkin harus difoto dan didokumentasikan. Pada kebanyakan kasus, residu tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Ada teknik-teknik tertentu untuk melihat adanya residu. Teknik pertama yang diperkenalkan sekitar tahun 1930an adalah teknik parafin. Teknik ini mendemonstrasikan nitrat dengan menggunakan parafin untuk mengumpulkan partikel. Nitrat mampu mengoksidasi substansi dari bubuk mesiu dengan jumlah yang besar. Adanya partikel tersebut akan menyebabkan efek warna setelah diberikan parafin. Tetapi teknik nitrat dengan menggunakan parafin ini hanya bagus pada teori. Teknik ini tidak sensitif dan susah untuk dilakukan (tidak praktis).
Dengan alasan yang tidak jelas, beberapa petugas hukum masih melakukan tes parafin ini, dan laboratorium kriminal di AS juga masih menggunakan prosedur ini.
Pada tahun 1960an, dikembangkan teknik aktivasi neutron yang lebih digunakan dan akurat. Bahan yang diambil dari tangan dengan menggunakan parafin atau larutan asam. Kemudian dilihat dengan sinar radiasi emisi neutron. Radioaktif sekunder akan memisahkan partikel-partikel residu dengan teliti dan akurat. Teknik ini sangat sensitif dengan membutuhkan sedikit residu. Meskipun demikian hanya beberapa laboratorium di AS dapat mengerjakannya karena biaya yang mahal.
Absorbsi percikan nyala api dari senjata api yang berupa partikel atom merupakan salah satu cara untuk mendeteksi residu primer. Teknik ini dilakukan menggunakan temperatur yang sangat tinggi untuk menguapkan partikel metalik dari primer residu kemudian dinilai dengan spektrofotometri. Teknik ini sangat cepat, sensitif, dan ekonomis. Teknik yang lain adalah skanning dengan mikroskop elektron sebagai alat sentral analisis residu primer yang dikembangkan oleh aerospace corporation.
Semua prosedur yang telah diterangkan diatas akan berguna apabila pada tangan korban atau suspek dijaga dan dilindungi dengan cepat supaya residu tidak hilang atau terkontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kertas, bukan plastik untuk menutupi bagian tangan sebelum mendapat manipulasi atau perubahan posisi. Pada suspek hidup, tidak dibenarkan bagi mereka untuk mencuci tangan, memasukkan tangan ke dalam saku, atau menyentuh apapun.
Residu senjata api pada korban yang dihubungkan dengan pintu masuk luka
Residu yang terlihat, seperti yang telah diterangkan diatas, dapat berupa jelaga, minyak pelumas peluru, kelim tatto, bubuk mesiu, atau terkadang berupa jelaga yang berasal dari celah silinder dari pistol. Residu yang tidak terlihat bisa berupa material primer dan partikel metal yang telah menguap yang berasal dari peluru, jaket, atau selongsong peluru.
Pada umumnya, residu yang dapat dilihat akan berdekatan dengan masuknya luka (pintu masuk luka). Tepi luka yang rusak bisa tertutup oleh residu dari senjata api apabila tembakan yang dilakukan pada jarak dekat. Pada luka akibat tembakan, residu tidak terlihat secara eksternal, kecuali tepi luka yang rusak itu berwarna kehitaman, hal itu terjadi karena deposit residu peluru pada jaringan. Deteksi yang terbaik adalah dengan mengambil bagian sekeliling kulit yang rusak akibat tembakan, dan termasuk lapisan subkutan dan mungkin jaringan yang lebih dalam lagi untuk menemukan bubuk mesiu. Hal ini sangat baik dilakukan dengan mikroskop dan dilakukan pada ruang otopsi. Prosedur ini juga dilakukan untuk membedakan luka tembak dalam dan luka tembak luar pada tubuh yang sudah membusuk atau berubah karena dibakar, temabakan yang dilakukan dalam jarak dekat atau jarak jauh, dan luka oleh kaliber 22.
Residu yang terlihat kadang bisa terlihat dengan pemeriksaan histologis. Teknik ini digunakan untuk mencari adanya bubuk mesiu. Kemudian setelah itu bisa dilakukan pemeriksaan nitrat atau nitrit. Menurut pengalaman penulis, sejauh ini teknik ini lebih bermanfaat dibandingkan pemeriksaan dengan mikroskop saja pada jaringan yang masih baru (fresh).
Pada saat pencarian residu yang tidak terlihat disekeliling tepi luka tembak, pengambilan jaringan dan pemeriksaan dengan energi dispersi dari alat-alat X-ray akan sangat menguntungkan. Dengan teknik ini komponen primer dan jumlah yang sangat kecil dari deposit metal yang tersisa dari peluru, jaket maupun selongsongnya bisa dideteksi semikuantitatif.
Residu dari senjata api bisa berupa gas karbonmonoksida. Gas ini diproduksi akibat proses pembakaran bubuk mesiu. Ketika senjata kontak dengan kulit, karbonmonoksida akan dideposit dibawah lapisan kulit dan terdifusi pada jaringan. Gas karbonmonoksida akan bergabung dengan hemoglobin darah dan mioglobin otot dan membentuk karboksihemoglobin dan karboksimioglobin.
Deskripsi luka senjata api
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tenggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti., setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:
1. lokasi luka
2. ukuran dan bentuk defek
3. lingkaran abrasi
4. lipatan kulit yang utuh dan robek
5. bubuk hitam sisa tembakan, jika ada
6. tattoo, jika ada
7. bagian yang ditembus/dilewati
8. titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda asing dan susunannya
9. penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat atau pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka sebenarnya.
Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak :
1. Lokasi
a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan tubuh
b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. ukuran dan bentuk
b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. luka bakar
d. lipatan kulit, utuh atau tidak
e. tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. grains powder
a. deposit bubuk hitam, termasuk korona
b. tattoo
c. metal stippling
4. Perubahan
a. oleh tenaga medis
b. oleh bagian pemakaman
5. Track
a. penetrasi organ
b. arah
- depan ke belakang (belakang ke depan)
- kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- atas ke bawah
c. kerusakan sekunder
- perdarahan
- daerah sekitar luka
d. kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. titik penyembuhan
b. tipe misil
c. tanda identifikasi
d. susunan
7. Luka keluar
a. lokasi
b. karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Deskripsi medikolegal harus lebih detail dan harus mencakup juga perubahan yang terjadi oleh orang lain maupun karena reaksi penyembuhan.
Fasilitas Otopsi untuk korban luka tembak
Fasilitas merupaka bagian penting dalam melakukan pemeriksaan yang adekuat bagi korban luka tembak. Fasilitas yang perlu dievaluasi adalah tempat, tenaga kerja dan peralatan.
Tempat
Tempat untuk otopsi bagi otopsi medikolegal dapat disediakan oleh bagian peradilan, atau oleh ahli patologi. Lokasi yang paling ideal adalah fasilitas otopsi patologi forensik. Ini memungkinkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan tanpa mengeluarkan banyak tenaga. Masalah lain yang perlu dipikirkan adalah tempat penyimpanan tubuh yang baik untuk mencegah perubahan yang berkaitan dengan pembusukan. Penyimpanan yang baik adalah suhu dingin 2-6° C, dan aman dari ‘tangan-tangan jahil’. Juga diperlukan adanya cahaya yang cukup untuk pemeriksaan dan fotografi.
Tenaga kerja
Ahli patologi tidak mungkin bekerja seorang diri. Asisten yang dapat membantu otopsi agar mendapatkan hasil yang adekuat adalah orang-orang dari bagian patologi, residen patologi, teknolog medis, perawat dan orang dari petugas ruang patologi.
Peralatan
Pemeriksan X-Ray harus tersedia. Hal ini dapat melancarkan pemeriksaan otopsi.
Konsep-konsep yang salah dalam investigasi tembakan senjata
1. Luka tembak masuk selalu lebih kecil daripada luka tembak keluar
2. Ketika luka tembak masuk lebih tinggi dibanding luka tembak keluar, arah serangan dari bawah ke atas
3. Peluru selalu berjalan dalam garis lurus di dalam tubuh, mulai dari tempat masuk sampai keluar dari tubuh, atau bila tertinggal di dalam tubuh
4. Ketika peluru diketahui dari luka terbuka senjata api, berefek sangat panas sehingga membakar kulit
5. Peluru tembakan dari senjata yang beralur(spiral), mengalami perputaran dengan kecepatan yang sangat tinggi, menuntun jalannya pada dan melalui target. Gerakan berputar atau mengebor menghasilkan lingkaran abrasi pada luka tembak masuk
6. Peluru yang dihasilkan senjata atau revolver dengan setengah jaket atau peluru berlubang membuat ‘hamburger’ pada organ daerah dada dan abdomen
7. Beberapa individu meninggal karena komplikasi akibat perlakuan saat membersihkan luka
8. Individu yang dominan tangan kanan membunuh diri dengan memegang senjata dengan tangan kanan dengan luka terbuka pada kontak dengan atau dekat dengan pelipis kanan
9. Adalah mungkin untuk memperkirakan berapa lama korban hidup setelah cedera fatal dari pemeriksaan luka
10. Otopsi pada korban luka tembak merupakan prosedur yang sederhana. Yang penting adalah menemukan luka masuk dan luka keluar, lokasi peluru, dan jaringan serta organ yang terluka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar